Rabu, 30 Desember 2009

Seni Sebagai Pengalaman

A. Biografi John Dewey
John Dewey (1859-1952) adalah seorang psikolog Amerika, filsuf, pendidik, kritikus sosial dan aktivis politik. Ia dilahirkan di Burlington, Vermont, pada tanggal 20 Oktober 1859. Dewey lulus dari University of Vermont pada 1879, dan menerima gelar PhD dari Universitas Johns Hopkins di 1884. Dia memulai karirnya di University of Michigan, mengajar di sana 1884-1888 dan 1889-1894, dengan jangka satu tahun di University of Minnesota pada tahun 1888. Tahun 1894 ia menjadi ketua departemen filsafat, psikologi, dan pedagogi di Universitas Chicago. Pada tahun 1899, John Dewey terpilih sebagai presiden dari American Psychological Association, dan pada 1905 ia menjadi presiden dari American Philosophical Association. Dewey mengajar di Universitas Columbia dari 1905 sampai ia pensiun pada tahun 1929, dan kadang-kadang diajarkan sebagai profesor emeritus sampai 1939. Selama bertahun-tahun di Columbia, ia berkeliling dunia sebagai seorang filsuf, ahli teori sosial dan politik, dan konsultan pendidikan. Di antara perjalanan utama adalah kuliah-kuliahnya di Jepang dan Cina 1919-1921, kunjungannya ke Turki pada tahun 1924 untuk merekomendasikan kebijakan pendidikan, dan tur sekolah di Uni Soviet pada tahun 1928. Tentu saja, Dewey tidak pernah mengabaikan masalah-masalah sosial Amerika. Dia blak-blakan pada pendidikan, politik domestik dan internasional, dan berbagai gerakan sosial. Di antara banyak keprihatinan yang menarik dukungan Dewey hak pilih adalah perempuan, progresif pendidikan, pendidik hak, maka gerakan Humanistik, dan perdamaian dunia. Dewey meninggal di New York City pada 1 Juni 1952.
Dewey dibuat mani kontribusi untuk hampir setiap bidang dan topik dalam filsafat dan psikologi. Selain perannya sebagai pencetus utama dari kedua fungsionalis dan psikologi behavioris, Dewey inspirasi utama selama beberapa sekutu gerakan yang telah membentuk pemikiran abad ke-20, termasuk empirisme, humanisme, naturalisme, contextualism, dan proses filsafat. Selama lebih dari 50 tahun Dewey suara untuk liberal dan progresif demokrasi yang telah membentuk nasib Amerika dan dunia. Dewey peringkat dengan pemikir terbesar ini atau pada usia subyek pedagogi, filsafat pikiran, epistemologi, logika, filsafat ilmu pengetahuan, dan sosial dan teori politik. Nya pendekatan pragmatis etika, estetika, dan agama juga tetap berpengaruh. Perawakannya Dewey dipastikan sebagai salah satu dari abad ke-20 filsuf utama, bersama dengan James, Bradley, Husserl, Russell, Wittgenstein, Heidegger, Sartre, Carnap, dan Quine.
B. Pengalaman sebagai unsur pokok.
Sambil mengikuti pembicaraan mengenai hakekat seni dan keindahan di atas, anda pasti akan tertarik pada kenyataan bahwa orang senantiasa mengacu pada pengalaman sebagai unsur dalam penilaian sintesis. Keindahan dapat dikenal melalui pengalaman dan terbentuk oleh pengalaman dengan membayangkan sesuatu. Kiranya unsur paling umum yang dipunyai bersama oleh teori-teori yang telah kita bahas sampai kini ialah adanya tempat berpijak yang sama pada pengalaman.
John Dewey, sebagai seorang pragmatis menerima unsur ini dan memakainya sebagai dasar bagi teorinya yang terdapat dalam bukunya yang berjudul “Art as Experience”. Dewey mempertanyakan apakah kedudukan yang indah dalam pengalaman? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini kiranya perlu menyelidiki apakah pengalaman itu.
Pendekatan Dewey terhadap segala masalah didasarkan atas pengalaman hidup orang seorang, yang didalamnya sebagai akibat cara pendekatan tersebut, dewey juga mencari makna keindahan. Tetapi pengalaman hendaknya jangan dipisahkan dari alam lingkungan tempat individu yang bersangkutan berada, karena tidak mungkin ada pengalaman yang terpisah dari sesuatu keadaan lingkungan tertentu.
C. Pengalaman dan Perikehidupan
Menurut Dewey “pengalaman merupakan akibat, tanda dan imbalan yang terjadi karena adanya keadaan saling mempengaruhi antara organisme dengan alam lingkungan. Apabila keadaan tersebut terjelma secara penuh, hal ini merupakan suatu penyelidikan bentuk dari keadaan saling mempengaruhi menjadi keikutsertaan dan keguyuban”.
Jika pengalaman merupakan akibat dari keadaan saling mempengaruhi maka tidak mungkin ada pengalaman tanpa alam lingkungan. Tetapi dunia tempat hidup organisme penuh dengan hal-hal yang bersifat tidak mengacuhkan terhadap kehidupan dan memusuhi kehidupan. Bahkan proses usaha kita untuk mempertahankan hidup cenderung melemparkan diri kita keluar dari alam lingkungan kita.
D. Keindahan sebagai kualitas pengalaman
Di alam raya, bahkan di bawah permukaan kehidupan, terdapat sesuatu yang lebih daripada sekedar arus dan perubahan. Orang akan sampai pada bentuk apabila telah tercapai suatu keseimbangan yang mantap, meskipun mungkin tetap terdapat gerak maju di dalamnya......... sesungguhnya ketertiban tidak dipaksakan dari luar, melainkan terbentuk oleh hubungan-hubungan yang terdapat antara interaksi yang satu dengan interaksi yang lainnya secara selaras, yang didukung oleh kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan.
Ketertiban semacam ini memberikan sumbangan bagi kelangsungan hidup dan yang disambut baik oleh makhluk-makhluk hidup. Dalam keikutsertaan di dalam hubungan-hubungan yang teratur dari lingkungan hidup itulah, terletak benih-benih keindahan. Dengan kata lain, keindahan merupakan kualitas yang terdapat di dalam pengalaman ketika organisme mengalami hubungan-hubungan yang teratur. Manakala terdapat keberhasilan yang sempurna, atau kekacauan yang mutlak, maka tidak mungkin orang mengalami keindahan.
Karena pengalaman merupakan keberhasilan organisme dalam perjuangannya dan merupakan hasil-hasil yang dicapainya di alam benda-benda, maka sesungguhnya pengalaman adalah seni dalam awal perkembangannya. Bahkan dalam bentuk-bentuknya yang paling awal, pengalaman hidup sesudah mengandung semacam janji akan terjadinya terapan yang menimbulkan kesenangan yang disebut pengalaman estetis.
Sesungguhnya ajaran Dewey mengenai keindahan terdapat pada kata-kata “keberhasilan” dan “hasil-hasil yang dicapai”. Pengalaman estetis merupakan pengalaman yang menyeluruh, pengalaman yang lengkap, yang di dalamnya terdapat kualitas persaan yang menimbulkan kepuasaan sebagai akibat keikutsertaan dan keberhasilan. Pada hakekatnya tidak terdapat perbedaan antara pengalaman estetis sebagai pengalaman. Unsur keikutsertaan serta keberhasilan itulah yang membedakan pengalaman ini dengan pengalaman yang lain.
E. Sejumlah Catatan Penyimpul
Demikianlah Dewey menjadikan seni dalam keadaan berkesinambungan dengan pengalaman hidup organisme dan bukannya sesuatu abstrak yang dipisahkan dari kehidupan. Apakah ini yang dimaksudkan bila orang berbicara mengenai keindahan? Sebelum kita menjawabnya, hendaknya ditentukan lebih dahulu makna yang dikandung oleh kata-kata “hasil-hasil yang dicapai” dan “keberhasilan”. Apakah pengalaman estetis merupakan kepuasan yang saya rasakan ketika saya dapat memecahkan soal yang sukar dalam ilmu hitung? Jika saya memperhatikan “Reclining Figure” dan mengalaminya sebagai seni, maka dalam arti apakah saya mempunyai pengalaman yang menunjukkan hasil-hasil yang saya capai dan merupakan akibat keberhasilan?
Kiranya Dewey tidak dapat memberikan keterangan mengenai hal ini. Apakah benar (atau tidak benar) bahwa hubungan-hubungan yang teratur dalam kenyataannya merupakan syarat-syarat yang harus ada bagi kehidupan? Barangkali kita sependapat bahwa seni ialah pengalaman dan sekaligus mengatakan bahwa pendapat tersebut bermakna ganda. Apakah seni merupakan pengalaman berjenis khusus, seperti dikatakan Dewey atau apakah seni merupakan sesuatu yang sekedar harus dialami?.
Kiranya cukup sekian catatan tentang keberatan-keberatan yang diajukan. Sesungguhnya ada objek-objek yang dipandang indah dan ada pula karya-karya seni. Dalam kenyataan kita membuat tanggapan-tanggapan estetis atau kita mengira membuatnya dan mempunyai pengalaman-pengalaman estetis. Meskipun masalah-masalah ini telah dibicarakan selama berabad-abad, namun tetap sangat sulit dipecahkan.
F. Referensi
Dewey, John, 1934. Art as Experience. New York: Minton, Balsh & Co.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar