Keniscayaan hati (bukan hati secara biologi) dan pikiran adalah merupakan refleksi diri terhadap permasalahan yang sedang berkembang dalam pikiran dan hati. Perbuatan dibekali dengan pikiran dan hati yang ingin mengunkapkan pikiran dan hati yang sebenarnya. Kompleksitas pikiran dan hati sehingga kita mengapresiasikan dengan penuh kebijaksanaan dalam menyesuaikan dengan fenomena alam.
Fenomena alam membuat perilaku dan sikap manusia yang beranekaragam seperti berbuat yang tidak sesuai dengan kaidah fenomena alam sekitarnya. Apakah ini nama fenomena yang mendunia? Ya, sebab fenomena alam yang terjadi di sekitar kita merupakan fenomena dunia dengan kejadian individu akan merupakan sampel kejadian mendunia yang berakibat pada masa depan dunia.
Tidaklah aku menyaksikan orang yang duduk bersama pikiran dan hati kecuali ia merendahkan diri terhadap pikiran dan hati. Dan tidaklah aku melihat orang yang bertanya kepada pikiran dan hati kecuali ia akan mendapatkan ilmu dari jawaban pikiran dan hati. Hal itu disebabkan karena betapa dalam dan luasnya ilmu yang ia (hati dan pikiran) miliki. Kepakaran tersebut disebabkan kehidupan ilmiah yang selalu menghiasi hari-hari beliau (hati dan pikiran), dimana muridnya adalah kesibukan-kesibukan yang tidak pernah beliau tinggalkan. Beliau merefleksikan berbagai macam ilmu kepada murid-muridnya (perbuatan manusia).
Dimana hati dan pikiran selalu hadir bersama murid-muridnya. Beliau selalu mendengar banyak hal dari muridnya dan menyaksikan kejadian serta berbagai peristiwa yang menyebabkan ilmu baru atau temuan. Bila aku ingin mendatangi salah satu di antara mereka, maka aku akan mendatanginya. Boleh jadi aku akan menunggunya hingga ia bangun tidur. Apakah mungkin hati dan pikiran dapat kita lihat? Untuk memahami hal ini seperti Allah SWT berfirman: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al-Ankabut:43) begitu di sebutkan dalam surat Al-Isra ayat 36 berbunyi “Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak ketahui karena sesungguhnya penglihatan, pendengaran, dan daya nalar pasti akan ditanyai tentang hal itu”.
Bila dikaji lebih jauh dan mendalam fenomena tersebut merupakan masa depan dunia yang mampu mendasari segala perbuatan manusia. Saya berasumsi bahwa ketika manusia tersebut tidak di dasari dengan iman yang kuat maka dia tidak mampu menopang berbagai derita dan kebahagian ke depannya.
Salah satu fenomena yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia, konflik antara KPK, Polri dan kejaksaan. Fenomena ini merupakan kurangnya pembinaan pada perekrutan anggota atau pegawai disana kepolisian dan kejaksaan dalam perekrutan anggota, dengan perekrutannya menerima uang sogokan dari calon-calon anggota (ungkapan masyarakat). Hal ini merupakan fenomena yang mendunia dan masa depan bangsa dan dunia mau dikemanakan.
Dari permasalahan tersebut jika dasar-dasar pikiran dan hati manusia itu di mulai dengan kotoran-kotoran (sogokan/suapan) maka manusia tersebut akan selama-lamanya akan melakukan hal tersebut. Mungkinkah masa depan dunia akan menjadi cerah? Saya berasumsi dunia akan menjadi rumit dan kompleks dengan fenomena-fenomena ujung pangkalnya penuh dengan problem.
Rabu, 23 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar