Rabu, 23 Desember 2009

Ternyata, Panglima adalah sebuah kata

Jiwa adalah sebuah kata dan Roh adalah sebuah kata yang ternyata adalah panglima. Untuk itu kita lihat terlebih dahulu ketahui makna dan nilai, suatu makna jika hendak dikatakan makna harus diketahui terlebih dahulu sedangkan suatu nilai jika hendak dikatakan nilai harus mendapat penghargaan. Kiranya dapatlah kita simpulkan bahwa karena di dunia terdapat makna dan nilai, maka yang sedalam-dalamnya ialah sejenis jiwa yang dapat mengetahui makna-makna dan yang dapat memberikan penghargaan kepada nilai-nilai sesuatu yang sedalam-dalamnya dari alam semesta, meskipun mungkin bukan merupakan substansi yang terdalam.
Mungkin sekali anda kini bertanya-tanya tentang jiwa dan roh “Ya, jika demikian maka apakah yang dinamakan jiwa tau roh”? kita berusaha menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan “istilah roh dalam khasanah kata-kata kita menggambarkan pengakuan mengenai adanya nilai-nilai dan adanya sesuatu dalam diri kita, yang bukan berapa alat-alat indrawi kita, yang menangkap dan memberikan penghargaan kepada nilai-nilai tersebut”.
Dengan kata lain, sesuatu dalam diri kita yang memberikan pengakuan serta penghargaan kepada nilai-nilai, itulah yang dinamakan roh. Meskipun bukan merupakan alat-alat indrawi kita, namun roh tersebut mampu menangkap nilai-nilai. Di luar ungkapan-ungkapan semacam ini, juga jiwa dan roh tidak dapat didefinisikan lebih lanjut, karena merupakan kategori yang terdalam dan tidak berasal dari hal yang manapun juga.
Istilah jiwa kita coba mengungkapkan dengan idealis kita mengatakan bahwa “jiwa bersifat mempersatukan segala hal, misalnya mempersatukan waktu lampau, masa kini dan hari depan. Jiwa mempersatukan fakta dan nilai. Jiwa mempersatukan yang sungguh ada dan yang sungguh mungkin ada. Setiap hal yang bersifat fisik senantiasa termasuk dalam salah satu segi dari pasangan-pasangan di atas, dan tidak sekaligus termasuk dalam dalam kedua macam segi. Setiap hal semacam ini senantiasa merupakan fakta yang sungguh ada pada masa kini. Maka yang membedakan jiwa dari setiap objek alam ialah bahwa jiwa di samping merupakan sandaran bagi yang sungguh mungkin ada, masa depan dan yang bernilai atau secara singkat merupakan sandaran bagi kemungkinan adanya nilai-nilai di masa depan, kegiatan hakikinya ialah mempertautkan nilai-nilai yang mungkin terdapat di masa depan dengan fakta yang sungguh ada di masa kini dan menurut hemat saya hanya jiwalah yang dapat melakukan semua itu. Jiwa itulah yang merupakan satu-satunya alat yang dapat mewujudkan kemungkinan-kemungkinan di masa depan”.
Dapatkah anda memahami mengapa jiwa merupakan sesuatu yang terdalam? Jawabanya ialah tidak mungkin ada di dunia kita, jika yang mungkin ada tidak menjadi yang sungguh ada, dan jiwalah yang mempunyai kemampuan untuk mewujudkannya.
Hendaknya diperhatikan bahwa yang menjadi bahan bukti bagi pendirian kaum idealis bukanlah bahan keterangan yang bersifat indrawi serta hasil-hasil ilmu yang begitu saja diterima tanpa direnungkan lebih lanjut. Namun, ini tidak berarti bahwa kaum idealis menganggap bahan-bahan keterangan yang bersifat indrawi atau yang bersifat ilmiah sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan atau merupakan ilusi. Sesungguhnya, dalam hal ini seorang idealis bertanya “apakah yang kita perlukan untuk memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan yang bersifat indrawi serta hasil-hasil ilmu serta pengetahuan kita mengenai hal-hal tersebut?” seorang idealis mengatakan bahwa pada hakekatnya untuk dapat memberikan penjelasan terhadap kenyataan, kita memerlukan istilah seperti jiwa, nilai dan makna sebagai tambahan terhadap dan yang mendahului istilah-istilah yang lain seperti alam, kualitas, ruang dan waktu, material dan sebagainya. Sejumlah kaum idealis berpendirian bahwa semua kenyataan merupakan jiwa.
Tampaknya barangkali paling tepat ialah kita mendasarkan diri pada semacam eklektisisme yaitu dengan menggunakan istilah-istilah yang berasal dari bahasa-bahasa yang dipakai oleh para penganut ajaran naturalisme atau idealisme. Sayangnya setiap perangkat istilah kiranya mengandung pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan pernyataan-pernyataan yang dikandung oleh perangkat istilah yang lainnya. Misalnya “Roh Mutlak” menunjukkan kepada sesuatu yang mengatasi alam. Sedangkan kaum naturalis, karena berpendirian bahwa segenap kenyataan bersifat kealaman, pasti menolak “Roh Mutlak” dan memandangnya tidak mengandung makna. Begitu pula naturalisme pasti mengajarkan bahwa jiwa merupakan hasil proses alam, kaum idealis pasti menantang pendirian semacam ini. Barangkali keputusan mengenai pertentangan ini baru akan tercapai apabila lebih baik banyak lagi bahan-bahan bukti yang tersedia atau bahkan mungkin saja terjadi bahwa ternyata yang betul ialah para penganut paham postivisme logis.

2 komentar:

  1. Ass..Pak Syahrir..mohon dapat diperbaiki dengan menambahkan referensi. Trim

    BalasHapus
  2. Terima kasih pak. atas masukannya. saya akan mencoba memperbaikinya lagi, sesuai dengan kemampuan.

    BalasHapus