Rabu, 23 Desember 2009

Ontologi Diriku

Dari kecil kita sudah mengenal yang namanya ilmu hingga dewasa mengembangkannya secara mendalam dan lebih ilmiah. Kebenaran ilmu kita sulit untuk membuktinya secara empiris tetapi kita hanya dapat mengaitkannya dalam perubahan perilaku manusia. Misalnya kita dalam perkuliahan filsafat, kita membaca elegi-elegi sebagai objek olah pikir kita untuk membentuk suatu sikap secara bijak dalam memahami segala yang kita pikirkan.
Salah satu olah pikir kita dalam membaca elegi dengan bagaimana kita mengakomodir pemikiran kita secara ilmiah sehingga mampu menjawab berbagai macam problema kehidupan sehari-hari. Versi penulis mengemukakan elegi-elegi tersebut diarahkan kita untuk memahami yang logic dengan yang khayal. Untuk mempertegas versi ini, berikut penulis mencoba mengaitkan dengan dialog secara eksplisit antara pejabat kost, staf kost dan penghuni kost. Untuk memulai ini penulis memulainya dengan bahasa puitisasi adalah “Ketika harapan seseorang dikurangi hingga titik nol, dia akan sungguh-sungguh mengapresiasikan semua yang dia miliki saat ini”.
Ontologi ialah hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang bernama Democritus menerangkan prinsip-prinsip materialisme mengatakan bahwa hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin, warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata.
Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah merupakan terminology yang kita berikan kepada gejala yang ditangkap dengan pancaindera. Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya, oleh karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala yang berada didalamnya dan sifat ilmu pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan masalah tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini.
Sekalipun demikian sampai tahap tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai penegertianpun akan muncul pula. Contoh Siapakah manusia iu ? jawab ilmu ekonomi ialah makhluk ekonomi, Sedang ilmu politik akan menjawab bahwa manusia ialah political animal dan dunia pendidikan akan mengatakan manusia ialah homo educandum.
Dengan apa yang belum kita ketahui dan mungkin diketahui menuju ke sesuatu pengetahuan anda? Sebagai contoh nyata adalah pandangan para pencari jati diri ini sungguh menyakitkan dan menyedihkan bagi para pengikutnya. Berikut percakapannya;
Pencari Jati Diri
Apa dan dimana itu jati diri?
Jati Diri
Jati diri itu ada pada diri kamu sendiri, jati diri itu adalah pembentukan suatu karakter individu untuk mengapresiasikan segala yang dimiliki sesuai dengan logika berpikir.

Pengikut Para Jati Diri
Dari mana kamu tahu wahai jati diri sedangkan aku mengikuti para pencari jati diri hingga ke informasinya karena mereka merupakan sumber pengetahuan informasi diriku.
Pencari Jati Diri
Wahai para komunitasku…!!
Aku hanya mencari dan memberi sumber saja bukan untuk dijadikan ideologi dirimu.
Jati diri
Wahai pencari jati diri dan pengikutnya….!!!!
Kamu adalah kamu, kenapa kamu harus bingung dirimu sendiri, yang kamu lakukan itu adalah jati diri.
Pencari Jati Diri
Ah …!
Aku tidak yakin apa yang kamu ungkapkan, aku memang aku tapi dari mana aku bisa melihat jati diriku?
Jati diri
Kamu katakan dirimu tidak yakin apa yang saya ungkapkan, sebenar-benarnya jati diri itu merupakan hal-hal yang kamu tanyakan dan tidak kamu tanyakan misalnya kamu dapat melihat keadaan sekarang seperti kamu merasakan panas adalah panas bukan dingin. Hal-hal yang dapat kamu lihat dengan inderan kamu itu adalah pengetahuan kamu dan pengetahuan kamu adalah jati diri kamu.
Dari yang diuraikan di atas, segala sesuatu yang kita lakukan bergantung sungguh pada diri kita masing-masing sehingga kita mampu mengetahui dan mengintrospeksi sejauh mana yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui.
Dalam hal ini ontologi merupakan salah satu di antara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula pikiran sudah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi. Kita filsuf barat yang kenal dari yunani yang bijak dan arif yang bernama Thales. Atas perenungannya air yang terdapat dimana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajaran-ajarannya yang mengatakan bahwa air itulah asal mula segala sesuatu, melainkan pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu berasal dari satu substansi belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar